Belajar adalah proses
memanusiakan manusia. Maksudnya adalah, manusia yang memiliki naluri dan
insting belum bisa disebut sebagai manusia yang utuh apabila manusia tersebut
belum mempu membedakan benar dan salah, belum mampu merubah diri dari tidak
bisa menjadi bisa. Dalam proses pembelajaran pada dasarnya melibatkan
beberapa stakeholder,
diantaranya: guru, peserta didik, orangtua, masyarakat, dll. Setiap stakeholder memiliki peran
masing-maisng dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang seutuhnya. Manusia
yang di dalam dirinya tertanam nilai-nilai leluhur dan norma-norma yang timbul
dari adanya budaya.
Seorang guru yang telah
diamanati sebagai pelayan publik dalam bidang pendidikan, adalah stakeholder yang
dianggap paling berpengaruh dalam terjadinya proses belajar. Hal ini karena
guru adalah sosok yang selalu dianggap sebagai role model oleh
peserta didik di sekolah, bahkan oleh masyarakat di lingkungannya.
“Basa teh ciciren
Bangsa” pribahasa tersebut sudah sering kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari. Maksudnya adalah suatu bangsa bisa dinilai dari bahasa
yang dipakainya. Di Indonesia terdapat beberapa bahasa, ada bahasa
nasional yaitu bahasa Indonesia dan ada bahasa daerah. Bermacam-macam suku
bangsa tersebut adalah akar-akar yang bisa menajdikan Indonesia menjadi Negara
yang kuat. Suatu suku bangsa bisa hidup apabila ada para penutur bahasa. Hal
ini karena dengan bahasa lah semua ilmu pengetahuan dan budaya yang ada di
dalam satu suku bisa diturunkan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Dalam rangka memelihara bahasa daerah, pemerintah daerah menciptakan kurikulum
daerah yang mewajibkan bahwa setiap daerah harus mengajarkan bahasa daerahnya
masing-masing. Beberapa bahasa daerah yang sudah masuk ke dalam kurikulum
muatan lokal adalah: (1) Bahasa Jawa, (2) Bahasa Padang, (3) Bahasa Sunda,
dll.
Bahasa Sunda adalah bahasa
dari suku Sunda. Menurut data statistik, penutur bahasa Sunda adalah terbanyak
kedua di Indonesia. Suatu bahasa akan tetap ada jika masih ada penuturnya. Jika
suatu bahasa hilang, maka hilang pula suatu suku bangsa. Hal ini karena segala
ilmu pengetahuan dan budaya bisa tersampaikan dengan menggunakan bahasa.
Beberapa penyebab semakin hilangnya penutur bahasa daerah yaitu: (1) Karena
tidak bisa, (2) Karena takut salah (3) Karena merasa malu menggunakan bahasa
Daerah yang dianggap kampungan, (4) Tidak tertarik dan bangga dengan budayanya.
Bahasa Sunda adalah bahasa daerah yang dianggap sulit oleh para penuturnya,
terutama para pelajar. Meskipun telah tercantum dalam kurikulum muatan lokal,
masih ada beberapa sekolah yang belum mewajibkan mata pelajaran Bahasa Sunda di
jenjang SMA/SMK/MA. Proses pembelajaran yang kurang inovatif dan kurang
menantang juga menyebabkan peserta didik kurang memiliki minat belajar bahasa
Sunda. Jiwa muda adalah jiwa dimana hormone adrenalin berpacu dengan cepat.
Maka tidak aneh jika pelajar yang khususnya berada di jenjang SMA/SMK/MA senang
menghadapi tantangan dan hal-hal baru. Begitupun dengan peserta didik di SMK N
1 Cipongkor yang kurang memiliki minat belajar bahasa Sunda.
Berdasarkan uraian
tersebut, penulis memiliki gagasan untuk menciptakan persaingan dan daya juang
peserta didik di SMKN 1 Cipongkor saat pembelajaran Bahasa Sunda berlangsung.
Gagasan tersebut adalah dengan diterapkannya sistem KPBS (Kupon Pembelajaran
Bahasa Sunda). KPBS dibuat dengan tujuan dan ketentuan yang jelas dan
diharapkan mampu meningkatkan minat belajar bahasa Sunda. Maka, penulis membuat
judul rancangan aktualisasi “Peningkatan Minat Belajar Bahasa Sunda dengan
KPBS (Kupon Pembelajaran Bahasa Sunda) di SMKN 1 Cipongkor”.
Solusi yang merupakan hasil
temuan penulis yaitu berupa pemberian reward untuk siswa berupa KPBS (Kupon
Pembelajaran Bahasa Sunda). KPBS merupakan media yang digunakan oleh penulis
sebagai penyulut semangat belajar bahasa Sunda agar minat peserta didik dalam
belajar bahasa Sunda semakin meningkat.
KPBS didapatkan oleh
peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung. Ada beberapa cara untuk
peserta didik mendapatkan kupon, yaitu:
1. Peserta didik aktif di
dalam kelas (menjawab pertanyaan, menyimpulkan materi pembelajaran, mereview
materi pembelajaran, membereskan tugas dengan cepat dan bagus)
2. Peserta didik memiliki
catatan pelajaran bahasa Sunda yang rapih dan terstruktur.
3. Peserta didik mengerjakan
tugas mandiri terbaik (dengan kriteria penilaian)
4. Peserta didik tampil
pertama kali saat ada praktek dalam pembelajaran.
5. Peserta didik menjadi tutor sebaya dalam
pembelajaran
KPBS yang dikumpulkan oleh
peserta didik, lalu dimasukan ke dalam celengan prestasi yang disediakan di
setiap kelas. Di akhir semester, celengan tersebut dibongkar oleh guru dan
peserta didik lalu diakumulasikan jumlah KPBS yang didapatkan oleh peserta
didik.
Kupon yang dikumpulkan oleh
peserta didik dapat digunakan untuk menambah nilai di akhir semester. Selain
itu, penerima kupon diranking dari yang terbesar sampai yang terendah. Peserta
didik yang mendapatkan ranking 1-5 di kelasnya akan diberikan hadiah oleh guru
bahasa Sunda. Selain itu, untuk eserta didik yang memiliki kupon lebih dari 10
akan mendapatkan hadiah dari guru bahasa Sunda. Hadiah tersebut merupakan
bentuk apresiasi untuk peserta didik yang aktif selama pembelajaran, dan
menjadi motivasi bagi peserta didik lainnya. Pada gambar 3.1 disajikan contoh
desain gambar KPBS. Pada gambar 3.2 disajikan gambar contoh celengan KPBS.
Gambar 3.1
Contoh Kupon Pembelajaran Bahasa Sunda Materi Terejamahan Kelas X
Gambar 3.2
Contoh Desain Celengan KPBS
KESIMPULAN
Berdasarkan isu yang ditetapkan yaitu “Masih rendahnya minat
belajar bahasa Sunda di SMKN 1 Cipongkor” maka dilakukan pemecahan isu
“Peningkatan Minat Belajar Bahasa Sunda dengan Kupon Pembelajaran Bahasa Sunda
(KPBS)”. Program ini dilaksanakan dengan 9 kegiatan yang setiap kegiatannya
terdiri dari beberapa tahapan kegiatan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai dasar ASN. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar
profesi ASN ini mulai dilaksanakan dari tanggal 23 September 2019 sampai dengan
26 Oktober 2019 di instansi tempat penulis bekerja, yaitu SMK N 1 Cipongkor.
Penggunaan KPBS dalam pembelajaran Bahasa Sunda di
lingkungan SMK N 1 Cipongkor, diharapkan dapat meningkatkan minat belajar
bahasa Sunda siswa. Apabila minat belajar bahasa Sunda siswa meningkat, maka
akan berdampak semakin meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang bahasa Sunda.
Semakin banyaknya siswa memahami bahasa Sunda, maka semakin banyak penutur
bahasa Sunda dan akan terbentuknya karakter siswa yang mencintai budaya Sunda
sebagai kekayaan yang diwariskan oleh leluhur Suku Sunda.
Penggunaan KPBS untuk meningkatkan minat belajar bahasa
Sunda merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien. Hal ini karena
berdasarkan angket yang disebarkan, ada peningkatan minat belajar bahasa Sunda
siswa setelah penulis sebagai guru Bahasa Sunda menggunakan KPBS untuk
mengapresiasi siswa yang aktif dan serius ketika mengikuti pembelajaran. Selain
itu, siswa juga lebih bersungguh-sungguh ketika menerima tugas dari guru,
karena tugas terbaik akan mendapatkan KPBS. KPBS tersebut bisa digunakan untuk
menambah nilai materi pembelajaran pada ahir semester. Hal tersebut pula yang
melatar belakangi siswa semakin termotivasi dan memiliki daya juang ketika
mengikuti pembelajaran bahasa Sunda. Hal yang paling membuat penulis yakin
bahwa KPBS sangat cocok untuk meningkatkan minat belajar bahasa Sunda adalah
siswa yang semakin aktif menjawab pertanyaan dari guru dan aktif maju ke depan
untuk menjadi siswa pertama yang praktek atau menyerahkan tugas.
Persentase nilai angket yang disebar terpaut
jauh dari sebelum penggunaan KPBS dan sesudah penggunaan KPBS. Peningkatan
tersebut adalah rata-rata sebesar 10-15% dari siswa kelas X, XI, dan XII
SARAN
Berdasarkan hasil evaluasi dan
sebaran angket yang dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa saran hasil
luaran dari aktualisasi nilai-nilai dasar ASN di SMKN 1 Cipongkor. Saran/
masukan tersebut, adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan KPBS agar dilaksanakan
dalam mata pelajaran lain selain Bahasa Sunda. Hal ini karena efek positif yang
ditimbulkan setelah penggunaan KPBS terkait dengan peningkatan minat siswa
dalam belajar. Misalnya Kupon Pembelajaran Bahasa Indonesia (KPBI), Kupon
Pembelajaran Kimia (KPK), Kupon Pembelajaran Sejarah (KPS), dan lain-lain.
2. Penggunaan KPBS agar dilaksanakan
oleh guru-guru di sekolah lainnya, karena penggunaan KPBS justru menunjang
kurikulum yang digunakan saat ini, yaitu penilaian berdasarkan dari proses.
Antusiasme siswa dan penguasaan siswa selama proses belajar dapat dihitung dari
berapa banyak KPBS yang siswa kumpulkan di Celengan KPBS.
Penggunaan KPBS agar dilaksanakan di sekolah
pada jenjang lainnya, seperti SMP-sederajat. Hal ini karena dengan adanya KPBS
siswa menjadi lebih bersemangat dan antusias belajar Bahasa Sunda.